Jumat, 04 Februari 2022

EKSPLORASI KONSEP COACHING

EKSPLORASI KONSEP COACHING

Mengutip penjelasan Paradigma Pendampingan Coaching Sistem Among - ARTI disebutkan bahwa Among (Tut Wuri Handayani) menjadi salah satu kekuatan dalam pendekatan  pendampingan (coaching) bagi guru. Tut Wuri (mengikuti, mendampingi) mempunyai  makna mengikuti/mendampingi perkembangan murid dengan penuh (holistik)  berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Handayani (mempengaruhi) mempunyai makna merangsang, memupuk, membimbing  dan memberi teladan agar murid mengembangkan pribadinya melalui disiplin pribadi.  Among merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti mengasuh, mengikuti, mendampingi. Guru (Pamong/Pedagog) adalah seorang memiliki cinta kasih dalam membimbing murid  sesuai dengan kekuatan kodratnya. Guru sejatinya bebas dari segala ikatan/belenggu  untuk menguasai dan memaksa murid. Sistem Among dapat disebut juga sebagai upaya  memanusiakan sang anak sebagai seorang manusia (humanisasi).

Pendampingan yang dihayati dan dimaknai secara utuh  oleh seorang guru, sejatinya menciptakan ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri) dalam proses menuntun kekuatan kodrat anak (murid sebagai coachee). ARTI sebagai  prinsip yang harus dipegang ketika melakukan pendampingan kepada murid. Proses  menciptakan ARTI dapat dilatih melalui pendekatan coaching sistem among dengan menggunakan metode TIRTA.

Dari uraian singkat diatas sedikit mengeksplorasi pemahaman CGP terkait dengan *Coaching* :

  1. Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi permasalahan) yang dihadapi coachee?

Coach Sebagai guru( pamong) dapat mengeksplorasi permasalahan yang dihadapi coachee dengan langkah TIRTA yang diimplementasikan dengan GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Model tersebut tentunya dapat didukung dengan komunikasi asertif dengan Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan dengan cara 

  1. Menyamakan kata kunci

Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.

  1. Menyamakan bahasa tubuh

Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.

  1. Menyelaraskan emosi

Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.


  1. Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)

  • Menghormati dan menghargai ungkapan permasalahan yg disampaikan oleh coachee

  • Memberikan apresiasi kepada murid sebagai mitra belajar dengan bersikap terbuka

  • Komunikasi interaktif dua arah

  • Menjadi pendengar yang baik dan simpati

  • Eksplorasi untuk solusi dengan bertanya

  • Memberikan Refleksi dan umpan balik

  1. Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA?

Dengan ragam permasalahan yang dihadapi oleh murid dan guru,  Praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah. 

Tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA adalah Eksplorasi diri murid melalui identifikasi , bisa kemungkinan murid kurang terbuka sesuai dengan realita masalah yang dihadapinya.Aksi Nyata, ada kaitannya dengan identifikasi,  ketika sebuah identifikasi tidak maksimal kita lakukan maka pastinya akan berpengaruh pada aksi nyata yg kita lakukan antara coach dan coachee

  1. Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka?

Yang dapat membantu CGP dalam melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah adalah Kepala Sekolah, BP, Kesiswaan, Wali Kelas, dan semua Guru.  

CGP akan berkomunikasi dan berkolaborasi dalam identifikasi permasalahan yang dihadapi CGP tentunya mengeksplorasi data fakta tentang murid yang bermasalah.  Kemudian dari data fakta yang CGP dapatkan menjadi bahan awal untuk lebih mengenal permasalahan yang dihadapi oleh siswa sehingga CGP dapat melakukan langkah TIRTA dengan tepat dan di akhirnya dapat membantu dan menuntun murid dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar