Sabtu, 20 Oktober 2018

KONSEP PENDIDIKAN MILENIAL


KONSEP PENDIDIKAN MILENIAL


Perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia, ditandai kemunculan super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak, atau yang lebih dikenal dengan istilah Revolusi Industri Generasi ke-empat. Dalam sejarah peradaban manusia tercatat sampai saat ini manusia mengalami 3 kali peradaban dan bersiap beralih ke peradaban baru yang disebut peradaban ke-empat yang biasa disebut peradaban milenial atau revolusi industri 4.0.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini, pemerintah melalui Kemenperin merancang sebuah roadmap Making Indonesia 4.0 yang terintergrasi untuk mengimplemetasikan sejumlah strategi dalam era industri ini. Strategi tersebut mencakup pentingnya pembenahan dalam aspek penguasaan teknologi menjadi kunci penentu daya saing. Adapun lima teknologi yang menopang pembangunan sistem industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human-Machine Interface, teknologi robotik, serta teknologi 3D Printing.
Dunia pendidikan di Indonesia juga bersiap menyambut era Revolusi Industri 4.0 ini. Kemenristekdikti mencanangkan tiga literasi baru untuk memperbaharui Pendidikan Tinggi di Indonesia dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia yang berkualitas , yaitu Data Literation , Technological Literation, Human Literation. Begitu juga guru, sebagai fasilitator pendidikan, guru bagian tak terpisahkan dari mata rantai pendidikan bangsa juga dituntut partisipasinya dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia yang berdaya menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini. Ruang-ruang untuk mengembangkan kompetensi guru agar relevan dengan era industri terkini harus dipersiapkan baik oleh pemerintah, pihak/lembaga yang berkepentingan , maupun dirinya sendiri. Digital Literacy (literasi digital) sudah menjadi kemampuan mendasar bagi setiap guru untuk menjalankan peran pentingnya.
Pendidikan secara umum memerlukan kurikulum yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sebuah program yang harus dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga tercapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran secara khusus. Kerangka dasar kurikulum yang dituangkan dalam Permendikbud No. 69 Tahun 2013 menyebutkan  bahwa Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional, dipersiapkan untuk menghadapi perubahan peradaban pendidikan di abad 21 yang biasa dikenal dengan abad milenial. Pendidikan pada abad 21 tentunya memliki ciri dan karakteristik yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah kita lalui, disebutkan dalam beberapa sumber bahwa pendidikan di era milenial bercirikan : Pembelajaran dari Teacher Centered Learning (TCL) menuju Student Centered Learning (SCL), kelas konvensional/tradisional menjadi kelas digital, guru sebagai fasilitator dan penggerak dalam era perkembangan teknologi, guru bukan sebagai sumber utama belajar, siswa belajar menggunakan teknologi ( perangkat interaktif / internet dan komputer) serta berinteraksi dalam lingkungan digital, pembelajaran online (mobile learning, internet, e library) dan pembelajaran offline (anjungan belajar mandiri, pembelajaran berbasis komputer, book reader). Itulah gambaran secara umum konsep pendidikan pada era pasca milenial.

Pendidikan Era Milenial
1.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. ( UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ; 3 ). Dalam wikipedia disebutkan pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, ketrampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Secara etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu  ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan “e” berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “ menuntun ke luar “. Setiap pengalamanyang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Dalam kamus besar bahasa indonesia pendidikan diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup setinggi-tingginya.
Menurut UNESCO, “education is  now enggaged is preparinment for a tife society which does not yet exist” atau bahwa pendidikan sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep sistem pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu, sekarang dan masa datang.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara . Konsep pendidikan bisa berubah seiring dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value).

2.      Pengertian Era Milenial
Wikipedia mengartikan era milenial yang juga dikenal dengan sebutan generasi Y adalah kelompok generasi setelah genersi X (Gen-X). disebutkan bahwa era milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan gen-X yang lahir awal tahun 1980-an sampai awal tahun 2000-an. Kaum milenial terlahir dimana dunia modern dan teknologi canggih diperkenalkan publik.
Karakteristik era milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian besar belahan dunia , pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan ekonomi, meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan. Masa “Resesi Besar” (The Great Recession) memiliki dampak yang besar pada generasi ini yang mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda , dan menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial-ekonomi jangka panjang yang merusak generasi ini.
Menurut National Chamber Foundation (NCF,2013), generasi milenial sebagai generasi yang penuh kontradiksi, artinya  di satu sisi mereka  begitu ambisius mengejar Goals mereka, tapi di sisi lain mereka tidak dapat fokus mengejarnya. Di satu sisi mereka toleran terhadap perbedaan, di sisi lain mereka tidak tahan jika harus berhadapan dengan orang-orang yang dianggap sulit. Di sisi lain mereka berambisi untuk memberikan kontribusi untuk dunia, di sisi lain mereka tidak mau bersusah payah berproses dari awal, memulai dari mengerjakan hal remeh temeh.
West Midland Family Center (WMFC) pada tahun 2012 menyebutkan “the millenials, they are distate for menial works”. Artinya, milenial tidak mau bekerja kasar dan remeh. Namun mereka pintar secara intelektual, berpendidikan tinggi, visinya besar, idenya inovatif namun tidak cukup punya kesabaran untuk berproses dalam mengubah visi menjadi tindakan nyata.
Dari beberapa pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa kata milenial tidak terlepas dari generasi, sehingga yang dimaksud dengan generasi era milenial adalah generasi yang lahir pada rentang waktu 1980 s.d 2000-an. Yang sudah mengenal, terampil dalam penggunaan komunikasi, media, dan teknologi digital. Terlepas dari kekurangannya, generasi era milenial mempunyai ide dan inovasi yang tinggi dalam peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tak jarang inovator-inovator teknologi ditempati oleh generasi era melenial ini.
2. Konsep Pendidikan Era Milenial
1.      Sejarah Kurikulum Di Indonesia
Konsep pendidikan tidak terlepas dari kerangka kurikulum, didalam kerangka kurikulum tertuang landasan filosofis, komponen, evaluasi, prinsip, metode maupun model pengembangan kurikulum. Dalam setiap jaman dan generasi , kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang sesuai untuk diterapkan.
Mulai dari kurikulum tahun 1947 dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, kurikulum 1952 yang memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dilanjukan pada tahun 1964, kurikulum 1968, dilanjutkan kurikulum 1975 yang menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif dimana metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sisten Instruksional (PPSI). Pada tahun 1984, kurikulum 1975 disempurnakan dengan mengusung proses skill approach dengan model yang terkenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi cara belajar dan pola pikir pendidik dan peserta didik hingga kemudian kurikulum 1984 disempurnakan oleh pemerintah menjadi kurikulum 1995. Pada tahun 1995 peran teknologi informasi dan komunikasi mulai dirasakan di dunia pendidikan.
Pada tahun 1990-an peran teknologi informasi dan komunikasi sudah mulai terasa di dunia pendidikan. Pembelajan di kelas sudah menggunakan media audio visual meskipun intensitasnya masih belum maksimal. Kemudian ditahun 2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (puskur,2002:55).
Pada tahun 2006, Kurikulum Berbasis Kompetensi mengalami penyempurnaan menjadi kurikulum 2006 yang di kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dimana kurikulum ini memberikan sepenuhnya tanggung jawab penyususnan KTSP kepada tingkat satuan pendidikan masing-masing dengan binaan dan monitoring dari dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat. Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena sekolah dan para guru belum memahami sutuhnya mengenai KTSP sehingga pada awal tahun 2013 di rancanglah oleh pemerintah kurikulum 2013 yang oleh pemerintah pada tahun 2018 ini ditarget satuan pendidikan dari jenjang PAUD, dasar, menengah dan atas dapat menerapkannya.
Perubahan-perubahan kurikulum diatas tidak terlepas dari peran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pemerintah berupaya beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan oleh masyarakat, khususnya peserta didik. Bercermin dari perubahan-perubahan kurikulum diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa kurikulum dibidang pendidikan terus akan mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan peradaban masyarakat akan kebutuhan pendidikan. Di abad 21 ini merupakan awal peradaban masyarakat yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari peran ilmu pengetahuan dan teknologi digital.




2.      Pengaruh Disiplin Ilmu Psikologi, Manajemen, Informasi dan Komunikasi Dalam Pendidikan
a.       Pengaruh ilmu psikologi terhadap teknologi pendidikan/ pembelajaran
Psikologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari perilaku atau proses mental manusia. Psikologi pendidikan memiliki fokus kajian pada hasil belajar, kesehatan mental peserta didik, karakteristik peserta didik dan proses sosialnya.
Keberadaan psikologi pendidikan bagi guru/pendidik untuk mempermudah dalam menerapkan proses pembelajaran. Ilmu psikologi berusaha untuk menelaah berbagai hal yang berhubungan dengan proses balajar mengajar manusia mulai sejak lahir sampai usia lanjut. Dengan memahami ilmu psikologi khusunya dalam pembelajaran maka akan memberi arahan bagi pendidik untuk menyesuaikan kebutuhan teknologi pendidikan yang harus diterapkan sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik, sehingga dengan demikian pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana dan terarah untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.

b.      Pengaruh ilmu manajemen terhadap teknologi pendidikan/ pembelajaran
Ilmu manajemen merupakan disiplin ilmu yang terintegrasi dalam bidang teknologi pembelajaran. Manajemen yang dimaksud meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan penilaian. Sebuah teknologi pendidikan/ pembelajaran akan berjalan “pincang” jika tidak dikelola dengan baik, terencana, terorganisir, terkoordiansi dan terevaluasi.
Dalam bidang teknologi pendidikan, pengelolaan/ manajemen yang dimaksud terletak pada ranah pengelolaan proyek, sumber, sistem penyampaian, informasi pendidikan/ pembelajaran.
Korelasi yang signifikan antara manajemen dengan teknologi pendidikan/ pembelajaran menuntut pola menajemen yang baik sehingga implementasi teknologi pendidikan/ pembelajaranpun akan terlaksana dengan baik dan terarah sesuai tujuan yang ingin dicapai.

c.       Pengaruh ilmu komuniksi terhadap teknologi pendidikan/ pembelajaran
Teknologi pendidikan/ pembelajaran dalam perjalanan dan prosesnya tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi lebih berperan pada bagaimana sebuah proses pembelajaran berjalan dengan baik dan pesan belajar tersampaikan sesuai tujuan. Bagaimana pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi bisa dilaksanakan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari peran ilmu komunikasi. Ketika teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sebaik mungkin maka sistem teknologi pendidikan/ pembelajaran akan turut berdampak baik pula.
Ketiga disiplin ilmu diatas yaitu Psikologi, Manajemen, Informasi dan Komunikasi sangatlah berpengaruh terhadap pendidikan di era milenial ini. Dalam perkembangan ilmu informasi dan komunikasi yang sangat cepat dan terbuka ini, khususnya dalam masyarakat pendidikan yang didalamnya tercakup pendidik dan peserta didik sangatlah mudah mengakses ilmu pengetahuan. Maka dari itu kita yang berada di era milenial ini harus adaptif.

3.      Perkembangan Pendidikan Di Era Milenial
Pola pikir manusia semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga peradaban kehidupan manusiapun turut mengalami perubahan. Banyak istilah di jaman sekarang biasa kita dengar di media masa, elektronik, seminar-seminar dan di bangku perkuliahan mahasiswa yang menggambarkan frame peradaban abad 21 atau di era milenial ini, diantaranya disruption period, Kids jaman now, pendidikan milenium, e learnig, blended learning, virtual class. Itulah perubahan yang tak akan bisa kita hindari, kita dituntut adaptif terhadap segala perubahan. Apabila kita stagnan, berdiam diri, bersikukuh dengan peradaban lama maka peradaban baru akan “menggilas” kita.
Pendidikan masa lalu tentunya berbeda dengan pendidikan di masa sekarang, sistem kurikulum, model, pendekatan dan strategi pembelajaran, media pembelajaran, penilaian pembelajaran mengalami perubahan-perubahan. Begitu pula pendidikan di masa yang akan datang, tentunya akan mengalami yang namanya evolusi dan revolusi. Sedikit kita persempit bagaimana gambaran sekolah masa sekarang dan sekolah masa depan singkatnya kita sebut saja pendidikan era milenial. Saat ini, sekolah sudah berada dalam fase transisi melakukan adaptasi perubahan. Proyeksi pembelajaran di sekolah kedepan dimulai pada era milenial ini ditandai dengan :
1.      Pembelajaran dari Teacher Centered Learning (TCL) menuju Student Centered Learning (SCL).
2.      Kelas konvensional/ tradisional menjadi kelas digital.
3.      Guru sebagai fasilitator dan penggerak dalam era perkembangan teknologi, guru bukan sebagai sumber utama belajar.
4.      Siswa belajar menggunakan teknologi serta berinteraksi dalam lingkungan digital.
5.      Pembelajaran online
Maka dari itu nantinya sekolah dalam hal ini ditujukan kepada pemerintah sebagai perancang kurikulum dituntut menyiapkan sistem kurikulum yang Digital Orieanted pada 8 standar pendidikan nasional yaitu : Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, Standar Penilaian Pendidikan.


Sehingga sekolah nantinya akan menghasilkan peserta didik :
-          Unggul dibidang akademik dan berakhlakul karimah.
-          Mampu mengahadapi era “Disruption Innovation”
-          Cakap dan memiliki skill dalam teknologi infomasi.
-          Menjadi generasi “driver” bukan lagi ”passsanger”.
-          Memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan hati.
Untuk itu standar isi dari kurikulum dapat disesusaikan dengan kebutuhan  dan tujuan pembelajaran digital.
Pembelajaran berbasis digital nantinya harus memberi pelayanan bagaimana proses pembelajaran di sekolah diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, inovatif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa , kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dan pemberi teladan membangun karakteristik siswa secara langsung atau melalui media pedagogik online.
Perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan proses pembelajaran disekolah dirancang secara digital dengan memanfaatkan dan menggunakan teknologi internet (E Learning ) sehingga pembelajaran dapat berjalan efisien dan efektif.
Sekolah dalam menjalankan proses pembelajaran memerlukan pendidik dan tenaga kependidikan, ini bagian dari standar pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah. Pendidik dalam hal ini guru dituntut menjadi “guru digital” yang harus mengetahui, memahami, beradaptasi dan mampu mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Guru harus memiliki standar kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Tentunya terus up date  dan up grade dengan segala perubahan dan praktiknya.
Hal diatas dalam pelaksanaannya harus didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai khususnya dalam proses pembelajaran. Tersedianya kelas multimedia, interaktif class, virtual class, e library, service internet line , multi sumber belajar, laboratotium digital sehingga dimungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis online ( blended learning and virtual class).

C.    Implementasi Pendidikan Era Milenial
1.      Pendidikan Pada Abad 21
Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa “tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Hal ini berarti bahwa pendidikan nasional di Indonesia diarahkan pada membentuk insan yang memiliki kecakapan yang diperlukan dalam mempertahankan budaya dan jati diri bangsa di tengah -tengah gencarnya gempuran beragam budaya dan peradaban bangsa lain di era globalisasi (BNSP, 2010). Terkaitdengan hal tersebut, BNSP (2010), kemudian merumuskan paradigma pendidikan nasional abad 21 yang meliputi:
a.       Pendidikan yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dengan keseimbangan yang wajar;
b.      Pendidikan harus dibarengi dengan penanaman sikap-sikap luhur;
c.       Pendidikan setiap jenjang harus memenuhi frontlinerilmu;
d.      Perlu ditanamkan jiwa kemandirian;
e.       Perlu konvergensi ilmu;
f.       Perlu memperhatikan aspek kebhinekaan;
g.      Pendidikan untuk semua, pendidikan bersifat inklusif tidak lagi ekskusif;
h.      Perlu monitoring dan evaluasi pendidikan.

Lebih lanjut BNSP (2010), menyatakan bahwa untuk mencapai pendidikan abad 21 diperlukan perubahan pada model pendidikan di masa datang, yakni :
a.       Proses pembelajaran dari berpusat pada guru menuju berpusat pada peserta didik.
b.      Proses pembelajaran dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
c.       Proses pembelajaran dari pasif menuju aktif menyelidiki.
d.      Proses pembelajaran dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
e.       Proses pembelajaran dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
f.       Proses pembelajaran dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
g.      Proses pembelajaran dari alat tunggal menuju alat multimedia.
h.      Proses pembelajaran dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
i.        Proses pembelajaran dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
j.        Proses pembelajaran dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
k.      Proses pembelajaran dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.

2.      Aspek keterampilan Literasi
Di abad 21, kemampuan literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca, mendengar, menulis dan berbicara secara lisan, namun lebih daripada itu, kemampuan literasi ditekankan pada kemampuan literasi yang terkoneksi satu dengan lainnya di era digital seperti saat ini. NCREL & Metiri Group, (2003). Dalam enGauge 21stCenturySkills, menyatakan bahwa literasi di era digital mencakup beberapa komponen, antara lain:
a.       Literasi dasar yaitu kemampuan dalam berbahasa (khususnya bahasa inggris) dan kemampuan matematis.
b.      Literasi sains yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan proses sains.
c.       Literasi teknologi yaitu pengetahuan tentang apa itu teknologi, bagaimana cara kerjanya dan bagaimana cara menggunakannya secara efektif dan efisien.
d.      Literasi ekonomi yaitu pengetahuan tentang masalah, situasi dan perkembangan ekonomi.
e.       Literasi visual yaitu pengetahuan tentang cara menggunakan, menginterpretasikan dan menghasilkan gambar dan video menggunakan media konvensional dan modern.
f.       Literasi informasi yaitu kemampuan untuk memperoleh, menggunakan dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien dari berbagai sumber.
g.      Literasi multicultural yaitu kemampuan untuk mengapresiasi perbedaan nilai, keyakinan dan budaya orang lain.
Kesimpulan
Peradaban manusia berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, begitu juga dengan pendidikan. Pendidikan bersifat dinamis , dari waktu  ke waktu mengalami perbaikan dan perkembangan. Ketika melihat sejarah perubahan kurikulum yang ada di Indonesia , ini membuktikan bahwa ada upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan oleh pemerintah dengan tujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Di era digital ini, kebutuhan akan pendidikan tentunya akan berbeda dengan beberapa tahun silam. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini, pemerintah merancang sebuah roadmap Making Indonesia 4.0 yang terintergrasi untuk mengimplemetasikan sejumlah strategi dalam era industri ini. Strategi tersebut mencakup pentingnya pembenahan dalam aspek penguasaan teknologi. Sasaran dari penguasaan teknologi ini adalah generasi yang lahir pada awal 1980an sampai dengan 2000 an yang dikenal dengan generasi milenial.
Generasi milenial merupakan generasi yang “melek” teknologi. Teknologi digital merupakan hal yang tak terlepas dalam segala lini kehidupannya, generasi yang punya inovasi tinggi. Itulah gambaran umum dari generasi milenial. Maka dari itu harus ada konsep yang berbeda dalam dunia pendidikan milenial. secara umum konsep pendidikan sekarang dan kedepan harus adaptif dan kritis. Adapktif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kritis sehingga panguatan karakterpun akan terbangun seimbang dengan pesatnya kemajuan teknologi.





















DAFTAR RUJUKAN


Bambang Warsita,Teknologi Pembelajaran dan Landasan Aplikasinya.Jakarta: Rieneka Cipta.2008
Hastuti Tahulending, Domain atau Kawasan Teknologi Pendidikan, Manado.2013
Paristiyanti Nurwardani,dkk, Panduan Teknologi Pembelajaran Vokasi, Jakarta: Ristek Dikti. 2016.
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey yang berjudul Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, hasil terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk.(1995) dari judul aslinya Instructional Technology: Definition and Domain of Field yang diterbitkan pada tahun 1994 
Muhardi.Kawasan Teknologi Pendidikan dalam ( http://www.muhardi.com/2014/03/30/kawasan-teknologi pendidikan/ diakses pada tanggal 12 Maret 2018 Pukul 20.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar