Oleh: Ajun Pujang Anom, S. Pd.
Seringkali kita sebagai pendidik mendengar penggunaan istilah workshop. Bahkan bukan cuma pendengar, namun juga pelaku di dalamnya. Meski begitu, tidak menjamin kita semua sudah mengerti apa yang dimaksud dengan workshop. Makanya tak keliru, apabila ada lemparan pertanyaan yang berbunyi, “Seberapa pahamkah kita tentang makna istilah ini?” Dan tentu saja beragam jawaban akan meluncur. Tak perlu dipermasalahkan pula, bila ada yang belum paham. Karena dapat menengok ulasan berikut ini.
Jika kita berkunjung ke laman https://pengertiandefinisi.com/definisi-dan-pengertian-workshop/. Kita akan menemui sejumput pengertian tentang workshop. Dan inilah hasilnya, “Workshop merupakan frasa kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu work (yang memiliki arti kerja ataupun pekerjaan) dan shop (yang memiliki arti toko ataupun tempat menjual sesuatu). Jadi jika diartikan dari frasa kata nya, workshop dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya para pelaku aktivitas (berkaitan dengan bidang dunia kerja) tertentu yang mana dalam tempat ini, para pelaku melakukan interaksi saling menjual gagasan yang ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu. Jika diartikan secara lengkap, maka workshop merupakan sebuah kegiatan yang sengaja diadakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berasal dari latar belakang serumpun untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu dengan jalan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota lainnya.”
Untuk pelaksanaannya, dapat disimak di situs http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-workshop-menurut-para-ahli/. Di sini dipaparkan, “Workshop memerlukan sejumlah prosedur pelaksanaan yang meliputi beberapa hal di bawah ini:
a. Perumusan tujuan workshop, dalam hal ini output yang akan dicapai di dalam workshop tersebut harus jelas dan bisa dicapai dengan maksimal.
b. Perumusan pokok-pokok masalah yang akan dibahas di dalam workshop secara jelas dan terperinci.
c. Penentuan prosedur yang akan diterapkan di dalam pemecahan masalah.”
a. Perumusan tujuan workshop, dalam hal ini output yang akan dicapai di dalam workshop tersebut harus jelas dan bisa dicapai dengan maksimal.
b. Perumusan pokok-pokok masalah yang akan dibahas di dalam workshop secara jelas dan terperinci.
c. Penentuan prosedur yang akan diterapkan di dalam pemecahan masalah.”
Bagaimana, sudah mulai paham apa yang dimaksud dengan workshop? Dan APKS dihadirkan untuk itu. Tentu saja yang terkait dengan peningkatan skill dan kompetensi guru. Sebab kita lihat, betapa derasnya arus jaman dan tingginya ekspektasi terhadap guru. Sedangkan dukungan berbagai pihak masih dibilang belum sesuai harapan. Untuk itu, mau tak mau, akselerasi guru untuk beradaptasi, harus terus diperbaiki. Jangan sampai kedodoran.
Kita juga tak boleh menutup mata. Sebab workshop adalah “pedang bermata dua”. Di satu sisi, sebagai wadah untuk memecahkan masalah. Di sisi lain, untuk memenuhi persyaratan penetapan angka kredit. Ini tidak usah dianggap dilema. Anggap sajalah, sambil menyelam minum air. Dan APKS “memastikan” untuk mengawal dua sisi tersebut dengan amanah.
Bojonegoro, 16 Agustus 2018
(ditulis dalam perjalanan menuju sekolah)
(ditulis dalam perjalanan menuju sekolah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar