Jumat, 28 April 2023

Era Digital dan Filosofi Ki Hajar Dewantara: Mendefinisikan Kembali Peran Guru

Media Belajar Bersama
#Belajar_Berbagi

Era Digital dan Filosofi Ki Hajar Dewantara: Mendefinisikan Kembali Peran Guru

Syaiful Rahman, S.Pd., M.Pd.

Saat kita terus bernavigasi melalui era digital, telah terjadi perubahan signifikan dalam cara kita menyajikan pembelajaran di dunia pendidikan. Dengan munculnya teknologi, ada kekhawatiran yang berkembang tentang peran guru dan apakah mereka masih relevan di era digital.  Namun, filosofi Ki Hajar Dewantara menawarkan perspektif unik tentang peran guru di era digital, yang menekankan pentingnya merangkul teknologi dengan tetap menekankan interaksi manusia.

Peran guru dan evolusinya di era digital

Secara tradisional, guru telah dilihat sebagai sumber utama pengetahuan dan informasi di kelas. Peran mereka adalah untuk memberikan pengetahuan kepada siswa dan membimbing mereka melalui proses pembelajaran. Namun, dengan dimulainya era digital, peran guru tradisional ini telah berkembang secara signifikan. Teknologi telah memungkinkan siswa untuk mengakses informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber, membuat peran guru kurang tentang menyampaikan pengetahuan dan lebih banyak memfasilitasi pembelajaran.


Memahami filosofi Ki Hajar Dewantara dan relevansinya di era digital

Ki Hajar Dewantara adalah seorang pendidik dan filsuf terkemuka Indonesia yang meyakini pentingnya pendidikan sebagai sarana transformasi sosial dan budaya. Filsafatnya berpusat pada gagasan pendidikan untuk rakyat, oleh rakyat. Salah satu prinsip kunci filosofinya adalah pentingnya interaksi manusia dalam pendidikan. Menurut beliau, pendidikan harus menjadi proses kolaboratif antara guru dan siswa, dimana kedua belah pihak saling belajar. 

“Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak; menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat” (Ki Hajar Dewantara)


Mendefinisikan kembali peran guru di era digital sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara

Di era digital, guru harus menyesuaikan peran mereka untuk memenuhi perubahan kebutuhan siswa . Guru harus mampu merangkul teknologi sebagai alat untuk memfasilitasi pembelajaran bukan sebagai pengganti interaksi manusia. Ini berarti bahwa guru harus fokus untuk menciptakan lingkungan belajar kolaboratif sehingga siswa dapat belajar dari berbagai sumber dan subyek termasuk dari guru.

Untuk mencapai hal ini, guru harus mengembangkan keterampilan literasi digital dan dapat menggunakan teknologi secara efektif di kelas. Mereka juga harus mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memfasilitasi kebebasan siswa untuk mengeksplorasi bakat dan minat mereka sendiri. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk memiliki dan mengalami pembelajaran yang bermakna  dan mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berhasil di era digital. 


Pentingnya literasi digital bagi guru

Untuk menggunakan teknologi secara efektif di kelas, guru harus memiliki pemahaman yang kuat tentang literasi digital. Ini termasuk kemampuan untuk menggunakan alat dan platform digital, serta kemampuan untuk mengevaluasi konten digital secara kritis. Guru juga harus mampu beradaptasi dengan teknologi baru saat mereka muncul dan memasukkannya ke dalam praktik pembelajaran dikelas.

Banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu guru mengembangkan keterampilan literasi digital mereka. Banyak sekolah dan universitas menawarkan program pelatihan dan lokakarya, dan ada juga beragam kursus dan sertifikasi online yang tersedia. Dengan demikian tidak alasan bagi guru untuk tidak memahami teknologi dalam pembelajaran


Merangkul teknologi di kelas

Merangkul teknologi di ruang kelas sangat penting untuk mendefinisikan kembali peran guru di era digital. Teknologi dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan interaktif yang memenuhi beragam kebutuhan siswa. Misalnya, guru dapat menggunakan platform online untuk membuat ruang kelas virtual, tempat siswa dapat berkolaborasi dan terlibat satu sama lain secara real-time.

Teknologi juga dapat digunakan untuk mempersonalisasi pengalaman belajar bagi siswa. Misalnya, guru dapat menggunakan perangkat lunak pembelajaran adaptif untuk menciptakan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. 


Mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa di era digital

Mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat penting untuk mendorong lingkungan belajar kolaboratif di era digital. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk memiliki pembelajaran yang bermakna dan mendorong mereka untuk mengembangkan minat dan hasrat mereka sendiri.

Salah satu cara untuk mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah dengan memasukkan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah ke dalam kelas. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengerjakan proyek yang relevan dengan minat dan hasrat mereka, dengan tetap memenuhi tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Cara lain untuk mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah dengan menggunakan platform online untuk menciptakan pengalaman belajar kolaboratif. Misalnya, guru dapat menggunakan forum diskusi untuk memfasilitasi diskusi dan debat online, atau mereka dapat menggunakan media sosial untuk membuat komunitas online tempat siswa dapat berkolaborasi dan berbagi pekerjaan mereka. 


Menyeimbangkan teknologi dan interaksi tatap muka dalam pembelajaran

Teknologi adalah alat penting untuk mengajar di era digital, namun penting juga untuk menyeimbangkannya dengan interaksi tatap muka. Interaksi manusia sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat antara siswa dan guru, dan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif.

Untuk mencapai keseimbangan ini, guru harus menggunakan teknologi untuk melengkapi interaksi tatap muka daripada menggantikannya. Misalnya, guru dapat menggunakan platform online untuk menyediakan sumber daya dan dukungan tambahan bagi siswa, atau mereka dapat menggunakan konferensi video untuk terhubung dengan siswa yang tidak dapat menghadiri kelas secara langsung. 


Tantangan yang dihadapi guru di era digital dan cara mengatasinya

Meskipun ada banyak manfaat mengajar di era digital, banyak juga tantangan yang dihadapi guru. Salah satu tantangan terbesar adalah mengikuti laju perubahan teknologi yang cepat. Guru harus terus beradaptasi dengan teknologi baru dan menemukan cara untuk memasukkannya ke dalam praktik pengajaran mereka.

Tantangan lain adalah memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang efektif dan bermakna. Guru harus dapat mengevaluasi keefektifan teknologi dan memastikan bahwa itu digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar daripada menguranginya.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, guru harus mau belajar dan beradaptasi. Mereka harus mencari peluang pengembangan profesional yang berfokus pada literasi digital dan integrasi teknologi, dan mereka harus bersedia bereksperimen dengan metode dan teknologi pengajaran baru. 

Kesimpulan – Masa depan pengajaran di era digital menurut filosofi Ki Hajar Dewantara

Kesimpulannya, filosofi Ki Hajar Dewantara menawarkan cara pandang yang unik tentang peran guru di era digital. Teknologi dengan segala kecanggihannya dapat membantu dalam pembelajaran, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya penggunaan teknologi untuk meningkatkan interaksi manusia dan menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif.

Untuk berhasil di era digital, guru harus merangkul teknologi dan mengembangkan keterampilan literasi digital. Mereka juga harus mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menyeimbangkan teknologi dengan interaksi tatap muka. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi guru di era digital, dengan mengikuti filosofi Dewantara, mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang menarik, interaktif, dan kolaboratif.


­­‑‑‑‑‑



Tidak ada komentar:

Posting Komentar